
Surabi, Kudapan Lezat yang Teruji Sepanjang Hari
Sebagai makanan tradisional, surabi benar-benar sudah teruji, bahkan penikmatnya terus bersemi dari hari ke hari. Bukan hanya karena cita rasanya yang lezat, tetapi juga mampu bersaing dengan beragam penganan lain.
Seperti sudah menjadi tradisi, surabi lazim diniagakan setiap pagi. Mereka yang terjun di bisnis ini memulai aktivitas usahanya setelah terbit fajar hingga pagi. Di Kota Bandung, tak sulit menemukan penjual kudapan yang kerap disantap kala sarapan ini.
Selain pagi, pencinta kuliner Bandung juga bakal mudah menemukan penjual surabi di waktu lain. Dalam dua dekade terakhir, ada banyak pedagang, bahkan kafe-kafe yang menjajakannya menjelang senja hingga tengah malam, tepatnya dini hari. Tak heran, kudapan ini tak melulu dijual di lapak atau kios pinggir jalan dan sudut-sudut gang.
Di kafe-kafe, bahkan surabi adalah salah satu panekuk yang pas untuk menikmati suasana santai sembari minum kopi. Kata banyak orang, cita rasa klasik surabi adalah oncom dan polos yang disajikan bersama kinca atau gula aren cair. Namun, belakangan, hadir pula varian topping kekinian yang memiliki penikmatnya tersendiri, semisal cokelat, keju, daging, sosis, pisang, nangka, kacang tumbuk, bahkan es krim.
Apa yang terkandung di dalam kudapan ini sebetulnya amat sederhana. Panekuk tradisional Indonesia berbentuk bulat kecil ini terbuat dari bahan dasar tepung beras dan pilihan santan atau kelapa parut. Namun, untuk menghasilkan kudapan yang sempurna maka tepung beras berkualitas baik yang harus dipilih. Selain rasa, tepung beras berkualitas baik juga dapat menentukan aroma.
Kunci lainnya terdapat pada komposisi bahan dan pengolahan. Karena itu, cara membuat adonan menjadi tak kalah penting. Begitu pula saat dimatangkan dalam cetakan, api harus menyala stabil.
Diolah dari bahan-bahan berkualitas baik dan betul cara mengolahnya, sebetulnya surabi mampu bertahan sepanjang hari. Asalkan, surabi yang sudah matang harus didinginkan terlebih dahulu beberapa saat jangan langsung dibungkus. Uap yang muncul dari surabi biarkan berlalu secara alami dan siap disantap selagi hangat.*
Bidik juga: