Skip links
Soto Ojolali Bandung

Soto Ojolali, Cita Rasa Legendaris dari Bandung

Namanya Soto Ojolali. Namun jangan salah, soto yang disajikan sebetulnya khas Bandung. Kuliner ini sudah dirintis sejak zaman Hindia Belanda.

Barangkali muncul pertanyaan, Soto Bandung tapi namanya Ojolali! Lho kok bisa?

Rupanya, di balik kelezatannya ada sebuah kisah. Ya, kisah yang mengantarkan kuliner ini melegenda. “Soto Ojolali ini usaha turun-temurun dari uyut saya. Ngamumulé sepuh,” kata Agus Wardana, pemilik sekaligus pengelola Soto Ojolali, memulai kisah.

Saat dijumpai di Soto Ojolali Jalan Banteng beberapa waktu lalu, Agus bercerita. Mulanya, soto dijual keliling dengan cara dipikul di sekitar pusat Kota Bandung sejak 1940. Saat itu, Mama Karta dan Mama Endi, kakek buyut Agus, tinggal di bilangan Jalan Cibadak. Tempat tinggalnya sekaligus menjadi kedai pertama yang hingga kini masih beroperasi. Merekalah pelopor soto di Bandung.

Soto buatan Mama Karta dan Mama Endi belumlah diberi nama. Orang-orang dan pelanggan mengenalnya dengan sebutan soto Karta-Endi saja. Mereka berjualan secara bergantian, pagi dan siang hari.

Kisah di balik nama

Nama Ojolali tercipta dengan sendirinya. “Ada cerita dari kokolot atau sesepuh, Uyut Karta pernah punya kekasih keturunan Jawa. Namun, karena pada masa itu (sebelum kemerdekaan) sering terjadi pengungsian karena perang, kekasih uyut mesti pergi mengungsi. Terus kekasihnya itu bilang ojo lali (jangan lupa). Maka, ungkapan ojo lali itu jadi nama soto yang dijual uyut saya,” tutur Agus, generasi keempat usaha ini.

“Ya, mungkin sebagai kenangan sama kekasihnya,” katanya mengimbuhkan, sembari tertawa ringan.

Cita rasa soto Bandung tetap terjaga secara turun-temurun. Ini menjadikan Soto Ojolali bertahan di tengah persaingan dunia kuliner yang kian beragam. Malah, di cabangnya di Jalan Banteng, konsep dekorasi gerainya nampak retro-kekinian. Tentunya sebagai jawaban bahwa soto pun digemari kawula muda generasi milenial.

Soto Ojolali berbeda dengan soto-soto lainnya di daerah. Cirinya, berkuah bening dengan potongan daging sapi, ada irisan lobak, kacang kedelai dan daun seledri. Satu lagi, tanpa santan.

Disinggung soal harga per porsi Soto Ojolali, Agus mengatakan, makanan khas Bandung harus punya kualitas dan kelas. “Kalau harga bersaing karena kualitas,” ucapnya.

Dia menegaskan, soal rasa harus benar-benar dijaga baik di kedai pusat maupun cabang. Semua dilakukan demi kepuasan pelanggannya serta demi citra Bandung sebagai kota kuliner. Apalagi, Soto Ojolali termasuk legendaris yang sudah menjadi khas dan Bandung banget.*

Bidik juga:

Sop Kaki Sapi H. Endang, Rasanya “Nendang” Banget

Leave a comment