Skip links
Katedral Santo Petrus

Sepotong Kisah Katedral Santo Petrus Bandung

Katedral Santo Petrus Bandung rupanya menyimpan banyak kisah menarik, salah satunya melekat pada arsitektur bangunannya yang klasik. Betul, bangunan katedral ini juga terbilang unik dan terlihat mencolok di antara bangunan di sekitarnya karena atap menjulang.

Mengutip dari laman katedralbandung.org, pembangunan katedral di Jalan Merdeka (Merdikaweg) menjadi saksi bisu perkembangan umat Katolik khususnya di keuskupan Bandung.

Lantas, bagaimana katedral ini dibangun? Begini sepotong kisahnya.

Pertengahan tahun 1895, tepatnya bulan Juni, di bilangan jalan tersebut sudah ada gereja sekaligus yang pertama. Gereja yang diberkati oleh Mgr. W. Staal itu diberi nama St. Franciscus Regis. Saat itu, bangunan gereja dengan luas 8×21 meter dirasa masih cukup untuk melayani jemaat.

Tak dimungkiri, pembangunan gereja salah satunya dilatarbelakangi oleh karena Bandung ditetapkan sebagai ibu kota Karesidenan Priangan. Akan tetapi, hingga akhir abad ke-19, kota mungil ini belum memiliki pelayanan sendiri bagi umat Katolik.

Ketika itu, untuk melayani umat harus mendatangkan pastor dari stasi terdekat, yaitu Cirebon. Tercatat, stasi ini berada di bawah Vikariat Apostolik Batavia.

Seiring perkembangan umat, pada 13 Februari 1917, Kota Bandung ditetapkan sebagai stasi baru di Priangan. Pastor J. Timmers dari Cirebon yang sudah menetap kurang lebih empat tahun di kota ini memimpin stasi baru tersebut.

Sejak penetapan itu, jumlah jemaat secara perlahan semakin bertambah hingga mencapai 280 orang pada Perayaan Ekaristi. Waktu itu, umat Katolik di Kota Bandung sudah mencapai 1.800 orang.

Oleh karena itu, Gereja St. Franciscus Regis sudah tak mampu menampung lagi umat dan membutuhkan tempat yang lebih luas. Atas dasar ini, dipilihlah lokasi baru, yaitu lahan bekas peternakan di sebelah timur gereja ini.

Santo Petrus

Arsitek kenamaan Hindia Belanda CP. Wolff Schoemaker ditunjuk sebagai perancang bangunan yang baru. Katedral yang didesain dengan gaya arsitektur klasik Gotik ini dibangun pada 1921 dan selesai 1922. Menara beratap runcing dengan kemiringan atap yang curam menambah kesan klasik bangunan. Di bagian dalam, bangunan kaya ornamen kaca patri yang menggambarkan sejumlah kisah dalam Kitab Suci Kristiani.

Pada 19 Februari 1922, katedral yang baru ini diberkati oleh Mrg. Luypen dan dipersembahkan kepada Santo Petrus—nama permandian dari Pastor PJW. Muller SJ. Hari itu juga Mrg. Luypen meresmikan sekaligus memberkati Pastoran Santo Petrus. Dengan hadirnya bangunan baru ini, gereja dan pastoran lama Gereja St Franciscus Regis dialihfungsikan sebagai gedung Perkumpulan Sosial Katolik.*

Bidik juga:

Selembar Kisah Gedung Bank Indonesia Bandung

Leave a comment