Skip links
Kebun Binatang Bandung

Sepenggal Sejarah Kebun Binatang Bandung

Kebun Binatang Bandung yang kini berganti nama menjadi Bandung Zoo ternyata memiliki kisah dan sejarah yang panjang. Bermula ketika Bupati Bandung R.A.A. Martanegara mendirikan kebun binatang di daerah Cimindi tahun 1900. Di saat yang hampir bersamaan, sejumlah pencinta satwa mendirikan kebun binatang di seputar Bukit Dago.

Seturut catatan sejarah, pada 1 April 1906 Bandung beroleh status sebagai gemeente (kotapraja) yang dipimpin seorang burgermaster atau wali kota. Seiring perkembangan dan kemajuan kota, pada 1920 hadir perkumpulan swasta yang menjadi partner pemerintah dalam menata kota khususnya di sektor pariwisata. Perkumpulan yang digagas orang-orang Belanda tersebut bernama Bandoeng Vooruit (Bandung Maju).

Setelah 20 tahun—tepatnya 1 Oktober 1926—status Bandung berubah menjadi stadgemeente, yaitu kotapraja mandiri. Dengan demikian, tak ada lagi dualisme pemerintahan antara pemerintah pribumi dan pemerintah kolonial.

Pembangunan di Bandung pun kian pesat. Sebagai kota, Bandung perlu melakukan banyak pembangunan, mulai dari gedung pemerintahan, perkantoran, pertokoan, perumahan, hotel, instansi pendidikan hingga taman kota. Nah, salah satu taman yang dibangun gemeente (Pemerintah Kota Bandung) adalah Jubileumpark.

Taman yang didirikan pada 1923 ini untuk memperingati 50 tahun Ratu Wilhelmina memerintah. Jubileumpark adalah taman botani berupa tanaman keras dan tanaman hias. Lahan taman ini membentang dari ujung utara Lebak Gede bagian barat hingga Cikapundung Timur.

Pindah lokasi

Kondisi kota yang semakin berkembang membuat Bandung banyak kedatangan pelancong atau wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara. Hal ini membuat Bandung Vooruit terus berpikir untuk pertumbuhan pariwisata Bandung.

Pada 1933, Bandung Vooruit memprakarsai penyatuan kebun binatang di Cimindi dan kebun binatang di Dago serta memindahkannya ke bagian selatan Jubileumpark. Pendek kata, kebun binatang tersebut berada pada sebagian tanah gemeente yang terletak di Huygensweg (Jl. Tamansari).

Gubernur Jenderal Hindia Belanda meresmikan penyatuan dan pendirian kebun binatang tersebut dengan nama Bandoengsche Zoologish Park, 12 April 1933. Pendirian Bandoengsche Zoologish Park juga tertulis pada kandang gajah yang dibangun pada 1933 oleh kontraktor Thio Tjoan Tek. Kontraktor ini berkantor di Ost Eindeweg (Jl. Sunda).

Kepala Bank DENIS Hoogland memimpin pengelolaan taman hewan ini termasuk dalam hal penggalangan dana untuk pemeliharaannya. Sebagai bagian dari peningkatan kelengkapan infrastruktur kota, kehadiran taman hewan memiliki tujuan yang sama dengan pendirian taman lainnya di Bandung. Namun, pendudukan Jepang pada 1942 membuat semua rencana menjadi buyar.

Tentara Jepang menangkap Hoogland dan orang-orang Belanda lainnya lalu menjebloskannya ke kamp interniran. Beberapa waktu kemudian, Hooland dapat pulang ke kampung halamannya. Akhirnya, dalam segala keterbatasan, kelompok dari kalangan pribumi mengurus kebun binatang tersebut, salah satunya R. Ema Bratakoesoema.

Pasca-Indonesia merdeka

Pada kurun 1945–1950, pasca-Indonesia merdeka, kondisi negeri sangat memprihatinkan, termasuk kebun binatang Bandung yang semakin tak terurus. Hoogland kembali ke Bandung pada 1956 dan melihat taman satwa layaknya rimba, banyak tumbuhan liar serta satwa yang tak bisa diselamatkan.

Untuk keberlangsungan Bandoengsche Zoologish Park, R. Ema Bratakoesoema melakukan kesepakatan dengan Hoogland di antaranya mendirikan badan hukum bernama Yayasan Margasatwa Tamansari.*

Sumber & foto: bandung.go.id

Bidik juga:

Asyik Menikmati Hutan Kota Babakan Siliwangi

Leave a comment