Skip links
Rendang

Rendang yang Sedap, Ternyata Ini Nilai Filosofinya

Siapa yang belum pernah mencicipi rendang? Ya, hidangan khas Minangkabau, Sumatera Barat, telah menjadi salah satu kuliner yang mendunia. Di Kota Bandung, kita tidak sulit menemukannya untuk menu makan siang atau makan malam.

Ada ratusan rumah makan Padang – Minangkabau, belum termasuk industri rumahan di Kota Bandung, yang mengolah sajian sedap ini dan menjadi usaha mereka. Namun, di belakang nikmatnya hidangan pedas ini ternyata proses memasaknya lumayan lama dan mengandung nilai filosofi yang mengagumkan.

Filosofi

Sebetulnya, rendang bukanlah nama makanan. Akan tetapi, merujuk pada lamanya proses mengolah dan memasak dagingnya agar menghasilkan tekstur yang empuk, kering, dan beraroma serta berwarna kecokelatan. Alhasil, dengan cara memasak seperti itu, rendang memiliki cita rasa yang sedap.

Mengutip dari laman kuliner terkenal dunia, tasteatlas, penggunaan rempah yang banyak dan waktu memasak yang lama bertujuan untuk mengawetkan daging di daerah beriklim panas dan tropis, seperti Indonesia. Tak mengherankan, kebutuhan untuk mengawetkan daging muncul di kalangan masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, yang sebagian berprofesi sebagai pedagang.

Menurut tasteatlas, para pedagang yang melakukan perjalanan jauh membutuhkan makanan yang dapat bertahan dan tetap segar selama berminggu-minggu. Proses pengawetan tersebut tentu saja dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan bahan kimia atau bahan pengawet.

Di dalam kelezatan rendang, hidangan tersebut ternyata memiliki makna simbolis karena empat bahan utama yang digunakan mewakili masyarakat Minangkabau. Rempah tersebut adalah daging, kelapa, cabai, dan rempah-rempah.

Simbol pertama, daging melambangkan seorang pemimpin. Kedua, kelapa adalah simbol intelektual. Ketiga, cabai mewakili kepemimpinan agama. Keempat, rempah-rempah lainnya melambangkan segenap masyarakat.

Pada perkembangannya, tradisi merantau yang biasa dilakukan orang-orang Minangkabau ikut serta menyebarluaskan masakan ini ke berbagai pelosok Nusantara. Rendang, bahkan kini telah melampaui batas teritorial Indonesia dan menyandang reputasi sebagai salah satu hidangan populer dan terlezat di dunia. Selain untuk makanan sehari-hari, rendang juga masih disajikan dalam berbagai upacara adat.

Jenis rendang

Mengacu pada bahan utamanya, hidangan ini terbuat dari daging sapi, ayam, ikan, telur, cumi-cumi, dan udang. Rendang daging sapi adalah jenis rendang yang umum dijumpai di tempat makan atau dihidangkan di rumah. Dalam kelompok jenis ini, ada juga paru, limpa, dan babat.

Proses memasak

Dulu, memasak rendang ternyata membutuhkan sekitar 7–8 jam melalui tiga tahapan. Pertama, menghasilkan gulai dengan banyak kuah santan dan encer. Kedua berupa kalio, santan mulai mengental dan berminyak. Biasanya kalio terbentuk setelah 4 jam pertama proses memasak. Tahap ketiga, untuk membuat kalio menjadi rendang, daging dimasak dengan menggunakan api kecil hingga berminyak dan kering.*

Bidik juga:

Pempek Palembang, Sajian Lokal Cita Rasa Global

Leave a comment