
Potret Sosial Ciroyom–Andir, Lalu Lintas Padat hingga Mangkrak
Ciroyom di Kecamatan Andir boleh dibilang salah satu kawasan dengan lalu lintas terpadat di bagian barat Kota Bandung. Dampak dari sibuknya kawasan ini sering kali bikin macet yang mengular.
Tak heran, sebab wilayah tersebut sekaligus penghubung utama yang strategis antara Kota Bandung dan Kota Cimahi tanpa via jalan tol.
Sebetulnya, ramainya wilayah ini sudah terasa sejak puluhan, bahkan ratusan tahun lalu ketika Lapangan Andir (Bandara Husein Sastranegara) dibangun pada 1921 serta hadirnya Stasiun Ciroyom dan Stasiun Andir.
Lalu lintas padat di kawasan Andir juga dipengaruhi banyak faktor, seperti pasar tumpah pagi di Rajawali Timur dan pasar malam. Selain itu, frekuensi pergerakan kereta api (reguler dan feeder Whoosh) yang melintas di kawasan tersebut sangat tinggi. Akibatnya, seringnya penutupan perlintasan kereta api kerap bikin macet dan semrawut.
Kabar baiknya, penutupan JPL 157 dan pembangunan Flyover Ciroyom cukup membantu mengurai kemacetan untuk keselamatan pejalan kaki dan pengendara. Namun, rupanya penutupan JPL itu belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Geser sedikit, siapa sangka pembambangunan Flyover Nurtanio belum rampung hingga saat ini alias mangkrak. Belum terlihat ada tanda-tanda mulai pembangunan lagi hingga Selasa, 6 Agustus 2025.
JPL 157 Ciroyom
Meski sudah ditutup secara resmi, masih ada pejalan kaki dan pengendara yang melintas di jalur perlintasan sebidang JPL 157 antara Stasiun Ciroyom–Andir.
Pasar Tumpah
Susana pasar tumpah yang terjadi setiap pagi di Jalan Rajawali Timur, Andir, kerap membuat lalu lintas menjadi padat dan semrawut.
Becak Flyover Ciroyom
Tak sanggup mengayuh karena jalan menanjak, pengendara becak mendorong becaknya berusaha melintas di Flyover Ciroyom.
Kereta melintas
Kereta api commuter line Bandung Raya melintas di jalur perlintasan sebidang JPL 157 tanpa palang pintu otomatis.
Flyover Mangkrak
Kondisi Flyover Nurtanio yang sampai saat ini pembangunannya mangkrak tak kunjung rampung, baru tahap pembangunan penyangga. Sebetulnya, pembangunan jalan layang ini dimulai pada Januari 2024 dan ditargetkan selesai pada akhir Mei 2025.
Akan tetapi, hingga pekan pertama Agustus 2025, proyek ini belum rampung. Sebelumnya, proyek ini sempat mangkrak selama tiga tahun dan menjadi biang kemacetan baru di area tersebut.*
Foto: Dudi Sugandi
Bidik juga:
Lapangan Saparua: Cinta Ismail Marzuki dan “Rumah” Band Cadas