Skip links
Museum Pos Indonesia

Museum Pos Indonesia Bukan Sekadar Filateli

Museum Pos Indonesia hadir bukan sekadar soal filateli yang berkaitan erat dengan koleksi dan penyelidikan tentang perangko dan materai.

Kenyataannya, museum ini menyimpan begitu banyak benda pos dan sejarah yang berkaitan dengan perkembangan pos khususnya di Indonesia sejak era Hindia-Belanda. Kita bisa melihat semua itu secara langsung di museum yang didirikan pada 1933.

Museum Pos Indonesia beralamat di Jalan Cilaki 73 Kota Bandung, tepatnya di sayap timur Gedung Sate. Gedung yang dijadikan museum merupakan buah karya dua arsitek ternama dari Belanda, yakni J. Gerber dan Leutdsgebouwdients. Gerber adalah arsitek yang turut merancang Gedung Sate.

Sebermula, museum ini disebut Pos Telegrap dan Telepon (PTT). Dalam perjalanannya, Museum Pos Telegrap dan Telepon berganti nama menjadi Museum Pos dan Giro. Pergantian nama ini seiring dengan pengambilalihan pengelolaan museum oleh Perum Pos dan Giro. Nama museum kembali berubah menjadi Museum Pos Indonesia pada 1983.

Koleksi

Saat ini, Museum Pos Indonesia memamerkan koleksi perangko bersejarah dari seluruh penjuru dunia. Sedikitnya ada 131 juta perangko dan 200 koleksi peralatan yang digunakan dalam kegiatan pos dan surat-menyurat. Peralatan tersebut antara lain timbangan paket, alat cetak perangko, surat-surat berharga, armada pengantar surat, dan lain sebagainya.

Pendek kata, museum ini menjadi saksi bisu populernya kegiatan surat-menyurat pada masa lalu termasuk perangko yang digunakannya. Benda pos yang dipamerkan di sana merupakan koleksi sejak era Hindia-Belanda hingga tahun 2000-an.

Di museum ini, ada gambar sebuah perangko pertama Hindia-Belanda. Perangko bergambar Raja Willem III tersebut terbit pada 1 April 1864 dan demikian eksklusif. Selain itu dipamerkan pula perangko berperekat pertama di dunia, Penny Black, yang dirilis pada 1 Mei 1840 di Britania Raya. Perangko yang menampilkan sosok Ratu Victoria itu resmi digunakan pada 6 Mei 1840.

Di dalam museum, pengunjung juga bisa melihat koleksi perangko dari berbagai dunia berserta diorama yang menunjukkan kegiatan pos keliling  desa pada era 1980-1990-an. Dari masa ke masa, dipamerkan pula seragam pos, timbangan surat sampai sepeda pos, seperti Falter buatan Jerman.

Surat ratusan tahun

Tak hanya filateli, Museum Pos Indonesia juga memamerkan surat-surat berharga berusia ratusan tahun dari beberapa raja di Nusantara. Surat-surat tersebut kebanyakan ditujukan kepada Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stamford Raffles.*

Bidik juga:

Museum Geologi dan Sekelumit Sejarah Pembangunannya

Leave a comment