
Mengapa Ketupat Jadi Hidangan Khas Lebaran?
Ketupat, tak syak lagi, penganan unik yang selalu ada di setiap momen Lebaran atau Idulfitri di Indonesia. Kehadirannya seolah memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan hari besar umat Islam khususnya di Nusantara.
Namun, tahukah Anda bagaimana muasal ketupat bisa jadi hidangan khas Lebaran?
Mengutip laman ruangguru, menurut Hermanus Johannes de Graaf—sejarawan Belanda yang mengkhususkan pada sejarah Jawa dalam karya tulisnya “Malay Annual”. Ketupat yang terbuat dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa pertama kali muncul di Jawa pada abad ke-15. Tepatnya, pada masa Pemerintahan Kerajaan Demak.
Kala itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan penganan tersebut dalam rangka berdakwah menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Konon, masyarakat Jawa “sulit di-Islam-kan” karena sudah memiliki sistem dan kepercayaan yang dikenal sebagai kejawen.
Sunan Kalijaga menyebarkan Islam dengan menggunakan pendekatan budaya dan ketupat adalah salah satunya yang dipilih. Mengapa? Sebab, dinilai bisa dekat dengan kebudayaan masyarakat Jawa saat itu. Berkat ketupat, penyebaran Islam bisa diterima luas dan banyak masyarakat yang memeluk Islam.
Filosofis
Janur—bahan untuk ketupat—diasosiasikan sebagai “jatining nur” atau hati nurani, sedangkan anyamannya menggambarkan kompleksitas masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi.
Ketupat, juga biasa disebut kupat, diartikan sebagai “ngaku lepat” alias mengaku bersalah karena sifat dasar manusia yang tidak sempurna. Adapun bentuknya menggambarkan kiblat mata angin. Terkait isinya, yaitu beras menggambarkan nafsu duniawi. Intinya, makna fiosofis ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.
Selain itu, bentuknya yang memiliki empat bidang sisi itu juga melambangkan empat nafsu dasar manusia. Nafsu tersebut adalah amarah (emosi), lawamah (lapar dan haus), sufiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang bagus atau indah), dan muthmainah (memaksa diri). Keempat nafsu dasar ini dikendalikan saat kita berpuasa di bulan Ramadan.
Nah, itulah kisah singkat mengapa ketupat kerap hadir mengisi meja makan kita di momen Lebaran atau Idulfitri. Ternyata, maknanya sangat dalam dan penuh dengan filosofi.*
Bidik juga: