Skip links
Masjid Al Ukhuwwah

Masjid Al Ukhuwwah, Kisah dan Arsitektur yang Menarik

Masjid Al Ukhuwwah di Jalan Wastukancana, Kota Bandung, memiliki kisah dan sejarah yang menarik. Pada era kolonial Hindia Belanda, di areal masjid ini berdiri bangunan yang disebut “Gedong Loge Sint Jan”. Penduduk Bandung baheula kerap menyebutnya “Rumah Hantu” karena berbagai praktik ritual yang dianggap asing dan aneh.

Ya, dulu Gedong Loge Sint Jan menjadi tempat berkumpulnya anggota freemason. Di luar aktivitasnya yang “agak laen”, Gedong Loge Sint Jan berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan dan sosial di Bandung. Salah satunya mendirikan perpustakaan “De Openbare Bibliotheek van Bandoeng”. Perpustakaan ini menjadi tempat referensi Soekarno saat menulis pledoi “Indonesia Menggugat”.

Pemerintah membongkar Loge Sint Jan pada 1960-an karena organisasi pengikut ajaran freemason tersebut dianggap melakukan pelanggaran dan penyimpangan. Setelah dibongkar, sebuah gedung baru dibangun di atas lahan itu dan diberi nama Grha Pancasila.

Arsitektur masjid

Pada 1996 – 1998, Pemerintah Kota Bandung membangun masjid baru di atas lahan Grha Pancasila seluas 4.000 meter persegi. Inilah Masjid Raya Balai Kota Al Ukhuwwah. Nama masjid berubah menjadi Masjid Agung Al Ukhuwwah menurut surat Kepala Kantor Departemen Agama Kota Bandung pada 2007.

Masjid Al Ukhuwwah dirancang oleh arsitek Keulman Mas Eman, lulusan Institut Teknologi Bandung. Penggunaan kayu dan desain tanpa penyangga masjid ini, salah satunya menunjukkan kecerdasan dan inovasi dalam perancangan.

Ya, Masjid Al Ukhuwwah didesain tanpa tiang penyangga atau kolom. Konstruksinya bergantung pada besi-besi yang dirancang di langit-langit. Dengan desain seperti ini, maka tidak ada kolom yang menghalangi pandangan dan barisan salat berjemaah.

Lantai masjid terbuat dari kayu parkit jati yang memberikan rasa hangat saat musim hujan dan kesejukan saat saat cuaca panas. Di area mihrab, dindingnya berlapis marmer dengan ukiran dan berhias seni kaligrafi yang estetik.

Secara keseluruhan, masjid dua lantai ini dapat menampung jemaah hingga mencapai 3.500 orang. Banyak kegiatan keagamaan dan sosial yang diselenggarakan di masjid yang berada di seberang Balai Kota Bandung ini, termasuk kegiatan di bulan Ramadan.*

Foto: istimewa

Bidik juga:

Masjid Al Imtizaj, Titik Awal Saksi para Mualaf

Leave a comment