Skip links
Kampung Pelangi 200

Jalan-jalan Asyik ke Kampung Pelangi 200 Bandung

Jalan-jalan ke Kampung Pelangi 200 di Bandung adalah pilihan tepat jika Anda ingin menikmati suasana berbeda kota ini. Pesona rumah berwarna-warni menjadi pemandangan indah kampung padat di tepi Sungai Cikapundung ini.

Sedikitnya ada dua jalan utama untuk bisa sampai di Kampung Pelangi 200. Pertama, melalui Jalan Sangkuriang, dan kedua dari Jalan Siliwangi. Namun, kampung di Kelurahan Dago Kecamatan Coblong ini paling mudah diakses dari bilangan Jalan Siliwangi.

Bagi pelancong yang datang membawa kendaraan terutama roda empat, ada baiknya di parkir di kawasan Teras Cikapundung. Mengapa? Kenyataannya, meski mulus, jalan utama menuju Kampung Pelangi 200 tidak lebar dan hanya dapat dilalui satu sepeda motor.

Sejak Kampung Pelangi 200 diresmikan, warga Bandung dan berbagai daerah banyak yang datang untuk sekadar mengabadikan pesona warna kampung ini. Salah satu kepentingannya untuk kebutuhan media sosial. Cat warna-warni deretan rumah kampung ini memang menarik pandangan mata, memadukan nuansa alam dan suasana perkampungan sekitar.

Tal dimungkiri, perkampungan yang dibangun di lereng dengan kemiringan sekira 30 derajat tersebut terlihat estetis dari tepi Sungai Cikapundung. Kabarnya, ribuan ton cat rupa-rupa warna telah dihabiskan untuk mewarnai dinding luar rumah seisi kampung. Hal lainnya yang luar biasa, warga setempat melakukannya secara bergotong royong dan merampungkannya hampir setengah tahun.

Jalan kecil

Untuk sampai di lokasi, jika mengambil Jalan Siliwangi, kita mesti melalui jalan setapak tepat di sisi barat Teras Cikapundung. Namanya, Gang Bp Ehom. Dari titik ini hingga jembatan di Kampung Pelangi 200 sekira 300 meter.

Sepanjang sisi barat jalan ini adalah kali kecil yang mengalir ke selatan. Sementara di sisi timur mengalir Sungai Cikapundung yang menjadi urat nadi Kota Bandung. Tak heran, jika berkunjung ke Kampung Pelangi 200 banyak menjumpai warga setempat yang memanfaatkan Sungai Cikapundung untuk mencuci hingga mencari ikan.

Hawa sejuk dan suasana asri menyertai langkah kaki menuju kampung yang kata orang mirip dengan kawasan perkampungan padat Favela di Rio de Janeiro, Brasil. Sebetulnya, kita bisa juga menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Namun, sesampainya di kampung berwarna ini tak ada tempat parkir karena terbatas lahan dan jalan yang terlampau kecil.

Begitupun dengan jalan di tepi jembatan yang membentang di atas Sungai Cikapundung sekaligus pintu utama masuk Kampung Pelangi 200. Selain kecil, juga menurun curam. Namun, jika benar-benar ingin menggunakan sepeda motor sebaiknya Anda  menitipkannya di rumah warga sekitar atau menumpang jasa ojek online.

Kampung padat

Rasanya kurang afdal hanya menikmati warna-warni kampung ini dari jauh. Memang, nyaris tak ada ruang untuk berjalan saat menjejakkan kaki di Kampung Pelangi 200. Deretan rumah demikian rapat dan padat. Atap satu dengan lainnya hampir tak berjarak, pintu satu dengan pintu lainnya berdekatan, bangunan satu dengan lainnya tak ada yang tak menempel. Gang-gang yang supersempit menjadi ruang bermain seadanya bagi anak-anak kampung ini.

Akan tetapi, nuansa warna yang kini melekat di permukiman menjadi oase yang memanjakan mata. Jalan setapak hingga dinding rumah diwarnai dan dilukis beragam motif sehingga menjadikan kampung ini unik dan banyak dikunjungi orang. Terlebih, bagi para penyuka fotografi.*

Foto: Dudi Sugandi

Bidik juga:

Kampung Cibunut, Penuh Warna dan Indah Dipandang Mata

Leave a comment