
Gedung DENIS, “Kuat” Berkat Streamline Art Deco
Jika Anda sempat melewat ke perpotongan antara Jalan Braga dan Jalan Naripan Kota Bandung, lihatlah, di sudut tersebut berdiri sebuah bangunan bermenara, namanya Gedung DENIS. Akronim nama bangunan peninggalan masa Pemerintah Hindia Belanda itu De Eerste Nederlandsch-Indische Spaarkas en Hypotheekbank atau Bank Tabungan dan Hipotik Hindia Belanda Pertama.
Bukan hanya tampak megah dan anggun, gedung sudut ini tercatat sebagai bangunan pertama di Kota Bandung yang menggunakan konstruksi baja. Pembangunannya dimulai pada 1935 dan selesai setahun kemudian.
Gedung DENIS adalah karya arsitek kenamaan asal Belanda Albert Frederik Aalbers dengan gaya arsitektur streamline art deco. Aalbers mendesain luar biasa dengan ciri khas arsitekturnya berupa garis (nat) horizontal. Inilah salah satu yang menguatkan daya pikat arsitektur bangunannya. Kekhasan lainnya terlihat pada bentuk bangunan sudutnya yang melengkung mengikuti belokan jalan.
Selain itu, jika dilihat saksama, ada kejutan-kejutan baru yang didesain Aalbers. Gedung DENIS lurus memanjang di bagian tengah tiba-tiba berhenti dan ada bangunan vertikal berupa menara. Ya, menara ini begitu menonjol dan ada cerita khusus yang terjadi di menara tersebut berkaitan dengan upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Studi Aalbers
Aalbers adalah arsitek modern dan terkenal dengan bangunan sudutnya, seperti gedung DENIS, dan memang banyak merancang bangunan yang tidak terlalu besar.
Di Hindia Belanda, DENIS disebut sebagai karya perdana Aalbers dibantu sejawatnya, Rijk Arijan de Waal. Hasil karya duo arsitek asal Negeri Kincir Angin itu menambah nuansa dan gaya arsitektur bangunan di Parijs van Java era 1930-an.
Bangunan DENIS terdiri dari dua sayap. Sayap kecil berdiri di Jalan Braga, sedangkan yang lebih besar memanjang di ruas Jalan Naripan. Nah, satu hal yang paling menonjol sebagai penanda eksklusif lainnya adalah menara tadi yang berbentuk persegi dan menjulang. Menara terletak di sudut perpotongan bangunan, kira-kira tingginya sekitar 29 meter dari tanah.
Gedung DENIS memiliki tiga lantai dengan pintu masuk utama yang menghadap ke barat, tepat di bawah menara. Di lantai dasar, pada awalnya terdapat galeri belanja dengan enam gerai berderet ke kiri. Jika dilihat dari luar, ruangan tersebut tampak jelas karena seluruh dindingnya menggunakan kaca.
Sebagai wujud implementasi studi Aalbers di daerah tropis, bangunan dilengkapi banyak jendela. Begitu pun dengan lubang-lubang angin sebagai ventilasi alami. Sementara unsur fasad horizontal di wajah gedung berfungsi sebagai tirai penahan sinar matahari.
Dalam perjalanannya, beberapa perusahaan pernah menempati sebagian gedung ini, antara lain Eastern Travel Bureau (ETB) dan Restoran Merdeka sekitar 1950-an. Pada tahun 1960-an, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (kini bank bjb) mengambil alih gedung ini. Dari dulu hingga sekarang, gedung DENIS tetap difungsikan sebagai lembaga perbankan.*
Foto: Dudi Sugandi
Bidik juga: