Skip links
Gedung de Driekleur

Gedung De Driekleur Bandung, Saksi Sejarah Berita Proklamasi

Gedung De Driekleur berdiri kokoh dan megah di sudut Jalan Sultan Agung dan Jalan Ir. H. Djuanda, Kota Bandung. Rancangan arsitek kenamaan Belanda Albert Frederik Aalbers tahun 1938 itu memiliki kualitas secara fungsional dan teknik konstruksi yang baik.

Hasil rancangan pria kelahiran Rotterdam ini banyak dipengaruhi aliran Nieuw Bouwen—gaya arsitektur yang berkembang di Belanda pada akhir 1930-an. Gaya ini mengedepankan kesederhanaan tanpa banyak memasukkan ornamen dekoratif.

Langgam ini merupakan bagian dari konsepsi bentuk arsitektur baru yang semakin plastis yang disebut “Neo Plastisisme”. Langgam ini juga dianggap sebagai akhir dari gaya Art Deco yang tegas memperlihatkan garis-garis stream line.

Waktu pertama kali, gedung difungsikan sebagai rumah peristirahatan keluarga atau vila—woonhuis met paviljoen. Konon, penamaan De Driekleur mengacu pada bendera Belanda prinsenvlag yang terdiri dari tiga warna. Kata “driekleur” dalam bahasa Indonesia berarti triwarna.

Bangunan cantik yang terletak di hoek ini memang tak terlalu luas. Tampak depannya demikian simetris, juga menyerupai kapal pesiar jika dilihat saksama. Tak banyak ornamen yang melekat pada gedung berlantai empat itu. Akan tetapi, sebaliknya, kesan kesederhanaan begitu kental kentara dan tampak elegan.

Gedung De Driekleur dirancang membentuk seperti perpaduan trapesium dan setengah lingkaran. Bentuk setengah lingkaran yang mencakup balkon luar atau teras dibangun lebih tinggi ketimbang bagian bangunan yang memanjang.

Di muka bangunan ada dua kolom besar yang menyangga dak teras di lantai dua. Ornamen lainnya, yaitu kaca jendela menghias di sepanjang dinding bangunan. Di luar arsitekturnya, kenyataannya De Driekleur memiliki kontribusi terhadap sejarah dan perkembangan budaya khususnya di Kota Bandung.

Berita Proklamasi

Ada segudang kisah dan sejarah yang tersimpan melekat di balik konstruksi dan arsitekturnya yang mengagumkan. Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini dijadikan Kantor Berita Jepang Domei. De Driekleur, bahkan menjadi saksi bisu sepenggal perjuangan insan pers di Indonesia, terutama Bandung.

Dari sinilah, salah satunya, untuk pertama kalinya penyiaran naskah proklamasi mengudara.

Saat itu, berita tentang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia disiarkan dalam dua bahasa. Tak hanya bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa Inggris sehingga segera menyebar ke seluruh pelosok negeri, bahkan ke seantero dunia.

Pemancar radio Bandung (Bandung Hoshokyoku) mengumandangkan salinan proklamasi kemerdekaan melalui station call Radio Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks proklamasi yang dibacakan pada pukul 19.00, 20.00, 21.00 waktu Jawa itu ditutup dengan lagu Indonesia Raya.*

Bidik juga:

Gedung Indonesia Menggugat dan Jejak Perjuangan Soekarno

Leave a comment