Skip links
Gedung Sate Kelas Garasi Dudi Sugandi.

Fakta Menarik Gedung Sate, Banyak yang Belum Tahu

Sebagai salah satu gedung heritage di Kota Bandung, Gedung Sate memiliki nilai histori tinggi, arsitektur yang indah dan konstruksi yang kokoh. Tak mengherankan jika gedung ini sangat populer, baik di mata urang Bandung maupun wisatawan Nusantara dan mancanegara.

Gedung Sate adalah bangunan terindah di Indonesia (het mooiste gebouw van Indonesia), tulis D. Ruhl dalam bukunya “Bandoeng en haar Hoogvlakte” tahun 1952.

Seturut catatan sejarah, salah satu sudut anggun Bandung ini mulai dibangun pada 27 Juli 1920 hasil perencanaan tim yang dipimpin Kol. Purn. V.L. Slors. Tim ini beranggotakan beberapa orang di antaranya Ir. J. Gerber, arsitek muda kenamaan Eh. De Roo dan G. Hendriks.

Ternyata, aset monumental ini memiliki fakta-fakta menarik yang mungkin jarang diketahui banyak orang. Apa saja?

Bangunan proyek pemindahan ibu kota

Dulu, Pemerintah Hindia Belanda merencanakan Kota Bandung sebagai ibu kota di negeri jajahannya. Pemilihan kota ini salah satunya didasarkan atas pertimbangan iklim Bandung yang sejuk plus panorama yang indah. Konon, saat itu, iklim Kota Bandung senyaman Perancis selatan ketika musim panas.

Gedung Sate—mulanya bernama Gouvernements Bedrijven—tercatat sebagai salah satu bangunan yang masuk dalam proyek pemindahan ibu kota dari Batavia (Jakarta). Bangunan induk kompleks pembangunan gedung ini selesai pada 1924.

Peletakan batu pertamanya oleh seorang gadis

Peletakan batu pertama pembangunan konstruksi dalam sebuah seremonial biasanya dilakukan oleh pejabat atau pimpinan tertinggi sebuah instansi atau korporasi. Akan tetapi, tidak dengan Gouvernements Bedrijven.

Pada 27 Juli 1920, peletakan batu pertama justru dilakukan oleh seorang gadis. Ia adalah Johana Catherina Coops, yaitu putri sulung Wali Kota Bandung B. Coops, dan Petronella Roelofsen yang mewakili Gubernur Jenderal di Batavia.

Memadukan arsitektur langgam Timur dan Barat

Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil pilihan Pemerintah Hindia Belanda atas usul rancangan sejumlah arsitek kenamaan. Waktu itu, karya arsitek Ir. J. Gerber dan tim yang terpilih. Pilihan tersebut tak lepas dari saran pendapat sang maestro arsitek Belanda Dr. Hendrik Petrus Berlage.

Secara umum, gaya arsitektur gedung mengarah pada bentuk arsitektur Indo Eropa yang memadukan langgam Timur dan Barat. Keindahan arsitektur ditopang dengan teknik konstruksi maju dari Barat yang terkenal kuat dan kokoh. Terlihat dari depan, bangunan Gedung Sate mengingatkan pada gaya arsitektur Italia masa renaisans dan menara bertingkat mirip pagoda.

Halaman gedung pernah jadi pusara

Dalam catatan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, Gedung Sate menjadi saksi gugurnya tujuh pemuda akibat serangan pasukan Gurkha (Sekutu). Peristiwa upaya mempertahankan kemerdekaan itu terjadi pada 3 Desember 1945. Pihak Sekutu memakamkan ketujuh jenazah pemuda di halaman gedung tersebut.

Seiring waktu dalam sebuah pencarian, Pemerintah Indonesia berhasil menemukan tiga jenazah, yakni Suhodo, Didi, dan Muchtarudin pada Agustus 1952. Mereka dimakamkan kembali di makam pahlawan Cikutra. Namun, jenazah keempat pemuda lainnya tak berhasil ditemukan.

Untuk mengenang gugurnya tujuh pemuda itu, pemerintah membangun monumen dari batu dan diletakkan di halaman depan Gedung Sate. Di area pintu masuk gedung utama bagian dalam juga terdapat prasasti untuk mengenang peristiwa tersebut.*

Leave a comment