
Cara Mudah Bikin Foto Esai dengan Metode EDFAT
Ingin tahu cara bikin foto esai dengan mudah? Kalau asal jepret mah gampang, tetapi untuk mengambil gambar yang benar-benar bercerita? Nah … kalau hal itu, perlu cara berpikir yang benar tentang fotografi. Untuk mengambil foto yang bisa bercerita, ada acuan kecil untuk melakukan praktik pemotretan di lapangan.
Hasil foto itu sangat dipengaruhi dengan latar belakang fotografernya. Kesukaan fotografer tentang alam, misalnya. Kemungkinan hasil foto tentang alam yang dia ambil akan jauh lebih bagus daripada yang lain karena sang fotografer mengetahui best moment-nya.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam dunia fotografi agar hasil karya memiliki kelengkapan cerita. Meski bukan yang harus ditaati, tetapi setidaknya bisa menjadi panduan yang memudahkan kita saat memotret. Dalam dunia fotografi, istilah ini dikenal dengan nama EDFAT (Entire, Details, Frame, Angle, Time).
Sebelum mengenal EDFAT ini, ada baiknya kita memahami dulu cara memotret yang dibagi ke dalam tiga kategori. Pertama, establishing shot (foto suasana lebar). Kedua, medium shot (foto lebih ke aktivitas objek). Ketiga, close-up (foto lebih detail dari objeknya). Setelah mengerti tiga cara pengambilan gambar tersebut, baru kita masuk ke pengertian EDFAT.
Metode EDFAT
Entire (keseluruhan), yaitu berupa foto suasana keseluruhan dari peristiwa yang akan kita ambil. Misalnya, kita datang ke suatu lokasi. Nah, suasana yang pertama terlihat (kesan) itu yang harus kita ambil. Cari sudut yang bisa memperlihatkan secara lengkap. Semua elemen gambar harus terambil dan jangan lupa mengambil dalam posisi horizontal dan vertikal.
Details (detail), yaitu hal yang menjadi perhatian dari objek atau hal-hal kecil lainnya yang mendukung keberadaan peristiwa. Gambar close up ini cenderung foto dekat. Jangan lupa posisi vertikal dan horizontal.
Frame (bingkai). Saat memotret, perhatikan hal di sekeliling objek apakah bisa kita jadikan bingkai untuk memotret. Bingkai di sini bisa sebagai foreground atau background. Cara yang paling gampang, kita berjalan menjauhi objek dan perhatikan apakah ada yang bisa kita jadikan bingkai agar foto terlihat lebih menarik? Jangan lupa aturan “rule of third”, yaitu subjek foto tidak selalu di tengah frame. Intinya, di sini komposisi sangat berperan.
Angle (sudut pemotretan). Saat memotret, biasakan mencoba dalam berbagai sudut. Dari titik berdiri saja kita bisa memotret dalam posisi sejajar (eye level view), jongkok dari bawah (frog eye view) atau motret dengan posisi kamera di atas (bird eye view). Selain itu, perhatikan dari kiri atau kanan subjek, mana yang lebih menarik. Untuk satu momen saja, kita bisa mengambilnya dalam beberapa sudut.
Time (waktu). Waktu yang dimaksud di sini bisa saat pemotretan dan berhubungan dengan momen. Satu lagi adalah pengertian waktu secara teknis, yaitu pemotretan dengan teknik kecepatan rendah atau memotret dengan kecepatan kamera tinggi. Hal itu bisa menimbulkan efek yang berbeda pada pemotretan. Dengan kecepatan rendah (dibawah 1/30 detik), foto akan terlihat berbayang pada objek bergerak. Sebaliknya, objek akan terlihat beku (freezing) atau diam jika dipotret dengan kecepatan tinggi (di atas 1/250).
Metode ini merupakan cara termudah membuat foto esai atau foto cerita. Selamat mencoba!*
Penulis: Dudi Sugandi – Fotografer & Founder Kelas Garasi