
Berburu Lukisan di Jalan Braga Bandung
Kawasan Jalan Braga selalu menjadi destinasi favorit wisatawan yang datang ke Kota Bandung, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Deretan bangunan klasik bergaya Art Deco hingga beragam lukisan estetik dan artistik yang dijual di kawasan ini menambah suasana romantis.
Lukisan-lukisan tersebut menjadi salah satu daya pikat pelancong yang jalan-jalan di sepanjang De Meest Europesche Winkelstraat van Indie. Ya, kawasan pertokoan Eropa paling terkemuka di Hindia Belanda pada masa itu.
Menyusuri Jalan Braga di Parijs van Java memang tak pernah bikin bosan karena selalu ada saja yang bisa dilihat dan dinikmati setiap harinya. Kawasan jalan legendaris ini seakan tak pernah tidur, bahkan sejak zaman Hindia Belanda.
Jalan Braga terbagi tiga ruas, yaitu Braga pendek yang terbentang dari pertigaan Jalan Asia Afrika hingga perpotongan Jalan Naripan. Berikutnya adalah Braga yang jalannya berupa batu andesit sekaligus ruas terpanjang di kawasan ini. Di utara adalah Braga yang dimulai dari perpotongan Jalan Suniaraja dan Jalan Lembong di seputar rel kereta api hingga persimpangan Wastukancana.
Jalan-jalan ke Braga sebetulnya bisa dilakukan kapan saja. Restoran, kafe, toko buku hingga lapak-lapak penjual lukisan buka dari pagi hingga malam, baik saat hari biasa maupun akhir pekan. Beberapa tempat bisnis di sana, bahkan beroperasi hingga dini hari. Akan tetapi, jika hendak berburu lukisan, kita
bisa menemukannya di sepanjang Braga batu andesit.
Di sepanjang tepi jalan itu akan terlihat keseharian para penjual lukisan. Lapak-lapak lukisan memang memanfaatkan tepi trotoar jalan yang dulu bernama Pedatiweg dan sebagian menjualnya di toko atau galeri. Jika diamati, lukisan yang dijajakan di trotoar kiri dan kanan jalan ini hampir sama banyaknya. Pemandangan tersebut tentu saja menjadi ciri khas Jalan Braga sejak lama, yaitu jalan-jalan sembari menikmati macam-macam lukisan yang artistik. Sepintas, lapak di trotoar ini seperti pameran lukisan terbuka.
Teknik pisau palet
Lukisan-lukisan yang dijajakan di sepanjang Braga cukup beragam. Selain lukisan panorama dan pemandangan, banyak pula lukisan benda, lukisan manusia, tumbuhan, persawahan, suasana di pasar, abstrak hingga kaligrafi. Semuanya tertuang dalam media kanvas berbagai ukuran.
Para pedagang lukisan di trotoar Braga kebanyakan penduduk sekitar, seperti Gang Affandi. Mereka menjajakan lukisan yang didatangkan dari berbagai daerah, seperti Jelekong, Cipacing dan Rancaekek Kabupaten Bandung serta Cianjur dan Garut. Karya seni tersebut dipasarkan dan dijual dengan harga beragam, tergantung besar kecilnya ukuran dan teknik pembuatannya.
Selain lukisan biasa, ternyata ada juga lukisan yang dibuat dengan menggunakan teknik pisau palet. Bedanya, lukisan yang menggunakan pisau palet hasilnya bisa timbul dan ini berpengaruh pada harga jual. Misalnya, lukisan biasa dibanderol mulai Rp 100 ribu, lukisan dengan palet bisa mencapai Rp 500 ribu. Hal ini, selain pengerjaan yang lebih sulit juga membutuhkan waktu yang lebih lama.
“Cuci mata” di Braga sembari berburu lukisan sebaiknya antara pukul 09.00 hingga 18.00 WIB dan cuaca sedang tidak hujan. Menjelang senja, para penjual lukisan di sepanjang trotoar itu banyak yang mulai menutup lapaknya sehingga otomatis bakal mengurangi pilihan lukisan yang diinginkan.
Untuk mengeksplorasi kawasan Braga Bandung dengan berjalan kaki ada baiknya kita memarkirkan kendaraan di seputar pertigaan Jalan Naripan. Bisa juga langsung parkir di tepi Jalan Braga yang sudah ditentukan. Kita bisa menikmati suasana pedestrian trotoar jalan ini sembari melihat-lihat lukisan yang dipajang. Siapa tahu, sekali tatap Anda langsung minat.*
Bidik juga: