
Pemandian Tjihampelas dan “Verboden voor Honden en Inlander”
Pernahkah Anda mendengar nama Pemandian Tjihampelas? Betul, pemandian legendaris yang kini tinggal nama, hanya kenangannya yang masih terngiang. Mungkin belum banyak orang yang tahu bahwa pemandian luks ini dibangun oleh Nyonya Homann, istri pemilik Hotel Homann, pada 1904.
Nyonya Homann menyadari, waktu itu banyak pelancong Eropa dan warga Belanda yang rindu kampung halaman dengan kolam renang mewah. Akhirnya, ia membuat tempat berendam dengan menyulap alias mengalihfungsikan kolam ikan hias miliknya di kawasan Tjihampelas (Cihampelas), Kota Bandung.
Dalam realisasi proyek ini, Nyonya Homann dibantu rekan-rekannya dari Vereeniging Tot Nut van Bandoeng en Omstreken untuk mewujudkan keinginannya itu. Kolam ikan di lembah Sungai Cikapundung tersebut disulap menjadi kolam renang indah dengan melibatkan jasa Technisch Bureau “Biezeveld & Moojen”.
Kolam renang eksklusif itu kemudian diberi nama Tjihampelas Zwembad dan diakui sebagai kolam renang permanen pertama di Hindia Belanda. Pada masa itu, keberadaan Pemandian Tjihampelas sangat dikagumi termasuk desain arsitekturnya yang bergaya klasik abad ke-19 dan fasilitas yang lengkap.
Mulanya, terdapat 3 kolam berstandar internasional termasuk di dalamnya kolam khusus untuk anak-anak berlatih renang atau sekadar bermain.
Tak dimungkiri, Pemandian Tjihampelas telah menjadi tempat berenang favorit warga Eropa yang tinggal maupun singgah ke Parijs van Java.
Saking eksklusif dan mewahnya sampai-sampai pengelola memasang pengumuman rasis: “Verboden voor honden en inlander” (Dilarang masuk untuk anjing dan pribumi).
Pada 1930-an lahir klub renang Neptunus yang anggotakan warga Belanda dan menggunakan kolam renang ini untuk mendukung aktivitasnya. Pet Stam, seorang Hindia Belanda, mencatat rekor 0:59.09 untuk 100 meter gaya bebas pada 1936 di kolam renang internasional pertama di Bandung tersebut.
Dibuka umum
Meski mulanya khusus hanya untuk orang-orang Eropa, tetapi hal rasis itu mulai pudar di masa pendudukan Jepang lalu dibuka untuk umum. Warga pribumi akhirnya bisa merasakan dan menikmati kolam renang yang sekira empat dekade menjadi tempat “terlarang” karena aturan rasis yang sungguh meyakitkan.
Sayangnya, setelah menjadi kolam renang elite dan favorit lebih dari seratus tahun, kolam renang Cihampelas “dipaksa” untuk “tenggelam”. Sempat terbengkalai sekian lama, kolam renang pertama di Indonesia itu mengalami pembongkaran yang sebetulnya sangat disayangkan.
Pada 2010-an, eks Pemandian Tjihampelas yang melegenda benar-benar lenyap dan menjadi bagian dari komplek apartemen The Jarrdin.*
Foto: Tropen Museum
Bidik juga: