
Sekelumit Kisah Institut Teknologi Bandung dan Sukarno
Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia sekaligus salah satu institut tertua di negeri ini. Gedung kampus institut yang awalnya bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng ini dibangun pada tahun 1918 seturut hasil rancangan arsitek asal Belanda Henri Maclaine Pont.
Peresmian gedung yang kini sudah berusia lebih dari satu abad ini dilakukan pada tahun 1920. Bangunan yang menjadi landmark ITB adalah Aula Barat dan kembarannya, yaitu Aula Timur yang berada di seberangnya. Salah seorang tokoh pendiri Technishe Hoogeschool (THS) adalah KAR Bosscha yang masyhur sebagai preanger planters.
Gedung THS terletak di Hoogeschoolweg (sekarang Jalan Ganesa, Kota Bandung). Pemilihan tempat ini merupakan sebuah keputusan yang tepat karena lokasi di kawasan Bandung utara berhawa sejuk dan sangat ideal untuk kegiatan pendidikan.
Pont merancang bangunan ini dengan menerapkan dominasi unsur dan material lokal yang dipadupadankan dengan konstruksi Barat. Kehadiran bangunan ini merupakan sesuatu hal yang berbeda dengan kebanyakan gedung yang sudah ada dan sedang dibangun pada waktu itu. THS pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Fouth Pasific Science Congres tanggal 18 s.d. 24 Mei 1929.
Pada masa pendudukan Jepang, kampus ini menjadi Bandoeng Kōgyō Daigaku. Setelah merdeka, namanya berubah lagi menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung. Di tahun 1946, STT Bandung dipindahkan ke Yogyakarta dan menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Gadjah Mada (UGM). Nama Institut Teknologi Bandung mulai digunakan pada 1959 hingga sekarang.
Nama besar kampus ITB tak dimungkiri punya peran yang signifikan dalam perkembangan Bandung sebagai sebuah kota. Kualitas pendidikan yang mumpuni dan prestisius menjadi daya pikat masyarakat dari berbagai daerah untuk dapat mengenyam dan menyelesaikan pendidikan di sana. Dari kampus ini telah lahir alumnus-alumnus hebat dan menjadi tokoh seperti halnya Presiden Sukarno.
Kampus Sukarno
Sukarno berkuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng mengambil jurusan Teknik Sipil pada 1921. Akan tetapi, setelah dua bulan kuliah ia keluar alias mengundurkan diri sebagai mahasiswa.
Pada 1922, ia mendaftar kembali dan menyelesaikan seluruh masa perkuliahan hingga meraih gelar insinyur pada 3 Juli 1926. Dalam acara Dies Natalis ke-6 TH Bandoeng, Sukarno dinyatakan lulus ujian insinyur tanggal 25 Mei 1926.
Sebagai seorang insinyur, Sukarno mendirikan biro arsitek bersama Ir. Anwari dan banyak mengerjakan rancang bangun bangunan. Bersama Ir. Rooseno, Sukarno juga merancang dan membangun banyak rumah dan jenis bangunan lainnya. Ketika Pemerintah Hindia Belanda membuang dirinya ke Bengkulu, Sukarno juga menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid jami di pusat kota.
Sukarno satu almamater dengan Charles Prosper Wolff Schoemaker, dosennya di THB sekaligus arsitek kenamaan Hindia Belanda yang berperan besar merias wajah Bandung. Hotel Preanger merupakan salah satu bangunan yang hadir hasil dari kolaborasi mengagumkan arsitek Schoemaker dan juru gambar Sukarno.*
Foto: Dudi Sugandi
Bidik juga: