
Pelangi Warna-Warni dan Fotografi
Pelangi selalu menjadi fenomena alam yang menarik untuk fotografi sehingga pantas banyak diabadikan lewat bingkai kamera. Fotografer suka mengambil gambarnya dan bagi pemula hal ini merupakan tambahan yang bagus untuk portofolio, bahkan menjualnya.
Fenomena atau kemunculannya sering kali tiba-tiba dan dalam jangka waktu yang singkat. Oleh karena itu, Anda yang ingin menangkapnya perlu mencari peluang keberhasilan dengan mampu mengidentifikasi di mana dan kapan kemungkinan besar Anda akan melihatnya.
Pembiasan dan pemantulan
Mengutip laman nationalgeographic, pelangi merupakan busur warna-warni yang dihasilkan oleh tetesan air ringan. Jenisnya yang paling dikenal dihasilkan ketika sinar matahari menyinari tetesan air hujan di depan pengamat pada sudut yang tepat, yaitu 42 derajat. Fenomena alam tersebut juga dapat dilihat di sekitar kabut, cipratan air laut, atau air terjun.
Pelangi adalah ilusi optik karena sebenarnya tidak ada di tempat tertentu di langit. Kemunculannya bergantung pada tempat Anda berdiri dan tempat matahari atau sumber cahaya lainnya bersinar. Biasanya matahari dan sumber cahaya lainnya berada di belakang orang yang melihat pelangi. Faktanya, pusat primernya adalah titik antisolar, yaitu titik imajiner yang berhadapan langsung dengan matahari.
Selain itu, pelangi juga disebut sebagai hasil pembiasan dan pemantulan cahaya. Baik pembiasan maupun pemantulan merupakan fenomena yang melibatkan perubahan arah gelombang. Mungkin gelombang yang dibiaskan tampak “bengkok”, sedangkan gelombang yang dipantulkan mungkin terlihat “memantul kembali” dari permukaan atau muka gelombang lainnya.
Cahaya yang masuk ke tetesan air dibiaskan. Hal ini kemudian dipantulkan oleh bagian belakang tetesan tersebut. Saat cahaya yang dipantulkan meninggalkan tetesan, cahaya tersebut dibiaskan lagi pada berbagai sudut.
Jari-jari pelangi ditentukan oleh indeks bias tetesan air. Indeks bias merupakan ukuran seberapa banyak seberkas cahaya dibiaskan (dibelokkan) ketika berpindah dari satu medium ke medium lainnya. Misalnya, dari udara ke air. Tetesan dengan indeks bias yang tinggi akan membantu menghasilkan pelangi dengan radius yang lebih kecil.
Air asin, misalnya. Ia memiliki indeks bias yang lebih tinggi ketimbang air tawar. Dengan demikian, pelangi yang terbentuk akibat cipratan air laut akan lebih kecil dibandingkan yang terbentuk karena hujan.
Lingkaran penuh
Sebenarnya, pelangi berbentuk lingkaran penuh dengan titik antisurya pusat lingkarannya. Orang yang berada di pesawat terkadang dapat melihat hal ini. Di darat, orang hanya bisa melihat cahaya yang dipantulkan tetesan air hujan di atas cakrawala. Oleh karena langit setiap daerah sedikit berbeda, tidak ada seorang pun yang benar-benar melihat penuh dari permukaan tanah.
Faktanya, tidak ada seorang pun yang melihat pelangi yang sama. Mengapa? Setiap orang memiliki titik antisurya yang berbeda dan setiap orang memiliki cakrawala yang berbeda pula. Seseorang yang muncul di bawah atau dekat “ujung” pelangi bagi seorang pengamat akan melihat pelangi lainnya, memanjang dari cakrawalanya sendiri.
Warna
Pelangi muncul sebagai spektrum cahaya: pita warna-warna akrab yang mencakup merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Nama “Roy G. Biv” (RGB) adalah cara mudah untuk mengingat warna-warninya dan urutan kemunculannya.*
Bidik juga: